INDONESIA CEMAS Prabowo–Gibran Dinilai Jeblok, Aktivis 98 Bilung Silaen: Pemerintah Dapat Nilai E!

Nasional50 Dilihat

Jakarta – Satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dinilai jeblok oleh kalangan aktivis. Aktivis 98 Bilung Silaen menilai kinerja duet Prabowo–Gibran selama setahun terakhir justru menimbulkan kekhawatiran publik di berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Satu tahun Prabowo–Gibran kami nilai E, sangat mengkhawatirkan. Tidak ada perubahan signifikan bagi kesejahteraan rakyat, malah makin berat di semua sektor,” tegas Bilung dalam siaran pers nya.

Menurut Bilung, pemerintahan Prabowo–Gibran gagal mewujudkan janji perubahan yang dulu diusung saat kampanye. Janji-janji politik, katanya, belum dijalankan dengan serius. Banyak program justru terkesan tidak siap, termasuk program makan gratis yang hingga kini belum berjalan maksimal.

“Program unggulan seperti makan gratis masih sebatas pencitraan. Implementasinya kacau dan tak menyentuh akar persoalan rakyat,” sindirnya.

Selain itu, Bilung juga menyoroti beban pajak yang makin tinggi, tata kelola anggaran yang buram, serta campur tangan politik dalam lembaga penegak hukum seperti Polri, Kejaksaan, dan KPK.

“Kualitas pendidikan menurun, bahkan pendidikan sekarang makin terasa seperti bisnis. Sektor ekonomi pun hanya menguntungkan kelompok pemilik modal, sementara rakyat kecil tak merasakan dampaknya,” ujarnya.

Tak berhenti di situ, Bilung juga menyoroti menurunnya toleransi antar umat beragama. Ia menyebut masih banyak praktik pelarangan ibadah dan pembukaan rumah ibadah di sejumlah daerah, termasuk di Jakarta.

“Presiden Prabowo harus menepati janji politiknya untuk menjaga kerukunan antar umat beragama. Jangan biarkan ada pejabat atau kelompok yang mencari keuntungan dari pelarangan ibadah,” tegasnya.

Di akhir pernyataannya, Bilung menyerukan agar publik tetap kritis dan aktif mengawasi kinerja pemerintahan. Menurutnya, kontrol rakyat dan tekanan publik menjadi kunci agar pemerintahan tidak semakin jauh dari cita-cita reformasi.

“Kalau rakyat diam, kekuasaan akan makin liar. Kita harus terus bersuara agar arah reformasi tidak dibelokkan,” pungkas Bilung.